UKM FP PENALARAN

Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Pertanian

Sabtu, 28 Juni 2025

ADA HATI YANG KUAT BERNAMA FARA

 



ADA HATI YANG KUAT BERNAMA FARA

Algoni Nur Aulia

 

Semangat pergerakan tidaklah tertaut oleh angka usia. Di dalam tubuh yang kecil, ada kekuatan yang tak terbatas untuk mengubah dunia. Terkadang, walaupun usia telah mengenal dewasa, jiwanya masih terikat dalam kesia-siaan.

Dalam setiap detik yang berdenyut, langkahnya menari-nari di atas karpet merah menuju usia ke-17. Dia---Fara---tatapannya selalu penuh kehangatan. Dibalik kain yang menjaga kerapian, terselip kebijaksanaan yang melambangkan kekuatan hatinya. Perjalanan menuju angka ini sangat tidak mudah. Hidup ini adalah perjalanan yang harus dilalui, kita diberi kebebasan untuk memilih jalan yang akan mengantar kita menuju impian. Jalan menuju impian memang tidak bisa dilalui dengan begitu mudahnya, pasti akan ada kerikil yang membuat kita ragu untuk tetap maju atau memilih mundur. Seandainya saja kerikil di jalan itu bisa terlihat, mungkin kakinya sudah dipenuhi darah. Namun keyakinan di dalam hati mengatakan bahwa di ujung perjalanan ini, pasti akan ada kebahagiaan yang tak ternilai. Meski kadang ragu menghampiri, apakah keputusan untuk melangkah ini tepat atau tidak. Dia sadar bahwa dalam perjalanan ini dia hanya merasakan sakit.

Jarak rumah ke sekolah sangatlah jauh, membuatnya harus bersiap lebih pagi agar tidak terlambat sampai sekolah. Barang dagangannya sudah disiapkan dari pagi, kini dia siap untuk berangkat ke sekolah. Setiap hari dia membawa barang yang begitu banyak ke sekolah. Memang sangat merepotkan, tapi mau bagaimana lagi. Dia berpikir, kapan terakhir kali dia ke sekolah hanya membawa barang layaknya dibawa anak sekolah pada umumnya. Sekarang dia?

Sesampainya di sekolah, dia bergegas mememarkirkan motor dan melangkah menuju kelas. Di kelas, banyak temannya yang sudah duduk manis untuk belajar. Dan parahnya ada juga yang tengah asik menggibah. Ia tak pernah menghiraukan, dia memilih untuk menaruh dagangannya dibawah meja dan menatanya, agar ketika istirahat bisa langsung dijual.

Jam pelajaran pertama sudah dimulai 10 menit yang lalu, guru menjelaskan materi yang membuat siswa siswi nya mengantuk. Masih pagi memang, tapi kalau setiap mapel ini bawaaannya mengantuk. Tidak jarang banyak teman temannya yang tertidur. Dia juga sama seperti mereka, mengantuk apalagi tempat duduknya berada di belakang. Tempat duduk paling belakang biasanya diisi anak-anak yang modelannya memang kurang semangat belajar. Kadang ngobrol sendiri, kadang makan saat jam pelajaran. Sebenarnya dia juga tidak menyukai duduk di barisan paling belakang, tapi dia merasa tidak enak dengan temannya di kelas. Sebab barang dagangannya yang terlalu banyak, dia takut membuat mereka merasa risih dan tidak nyaman. Maka dari itu dia memutuskan untuk duduk dibelakang saja.

“Fara, hari ini kamu bawa apa aja?” ujar temannya.

“Aku ada bawa tahu walik, tahu bakso, piscok sama cireng pangsit”

“Aku mau tahu bakso 2 far, tolong ambilin ya!”

Dengan terburu-buru Fara menyiapkan pesanan temannya, dan tak lama banyak teman-temannya yang menghampiri untuk membeli dagangan yang ia bawa. Alhamdulilah tidak membutuhkan waktu lama, dagangan tersebut habis terjual dan dia pun segera membereskan barang-barang yang berserakan di meja. Ya benar, Fara berjualan dikelas. Dan meja kelas menjadi tempat mangkal untuk menjajakan dagangan.

Bel pulang sekolah telah berbunyi 5 menit yang lalu, kelas pun sudah mulai sepi. Tinggal beberapa anak yang belum pulang. Setiap kali pulang sekolah Fara memang tidak langsung pulang, dia memilih untuk menghitung hasil penjualan siang tadi. Kelas sudah benar-benar kosong, tinggal dia senidiri. Dia pun bergegas pulang, karena selain kelas yang sudah sepi, pekerjaannya pun sudah selesai. Saat dia sampai di parkiran sekolah, ternyata masih banyak motor yang berjajar, artinya banyak anak anak yang masih berada di sekolah.

Setiap kali pulang sekolah, dia selalu menyempatkan untuk membeli bahan-bahan membuat jajanan yang akan dijual esok hari. Begitu seringnya dia mampir ke toko tersebut, sang ibu pemilik toko hafal dengan baik barang-barang yang akan dibelinya. 

Setibanya dirumah, dia dengan hati-hati meletakkan barang dagangannya ke dapur. Barang-barang bekas dagangan tersebut biasanya akan dibersihkan malam nanti sambil ia menyiapkan adonan baru. Setelah meletakkan barang-barang tersebut, dia melangkah menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan solat ashar. Setelah mengerjakan solat, dia menyalakan motor dan pergi kerumah ayahnya. Ya kalian tidak salah dengar. Ayah ibunya telah bercerai dari dia masih kelas 9 SMP. Fara tinggal bersama ibu dan ayah sambung. Fara anak kedua dari empat bersaudara, dengan dua adiknya masih duduk dibangku sekolah dasar. Ayah kandungnya telah lama menderita penyakit stroke, dan tidak ada yang merawat. Memang sang ayah tinggal bersama neneknya, namun sang nenek telah lanjut usia dan retan terhadap kekambuhan penyakitnya.

Setiap pulang sekolah, dia selalu menyempatkan waktu untuk merawat ayahnya. Selain ayah tidak ada yang merawat, ini merupakan kewajibannya sebagai seorang anak. Dia membantu untuk membereskan rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci baju dan tak jarang dia juga memasak untuk ayah dan neneknya. Hatinya terasa sakit saat melihat neneknya menjalankan tugas-tugas rumah. Meskipun lelah telah mengakar didalam tubuhnya, namun tidak ada keinginan didalam hatinya yang mengizinkan untuk membiarkan neneknya bekerja sangat keras.

Sehabis merawat sang ayah, dia memutuskan untuk pulang karena waktu telah menunjukkan pukul setengah enam sore artinya sebentar lagi adzan maghrib akan berkumandang. Jarak antara rumah ayah dan ibunya tidak terlalu jauh, inilah yang membuatnya bersyukur. Dia merasa lebih tenang dan tidak terlalu khawatir dengan keadaan ayahnya. Dia bisa bebas pergi menengok ayahnya. Melihat kondisi ayahnya yang tidak sekuat dulu memang memilukan hatinya. Dalam hatinya, hanya bisik kata maaf yang terus melantun, karena tidak ada kekuatan untuk mengungkapkan perasaan ini kepada ayahnya.

“Jangan pernah kau jatuhkan air matamu itu didepan ayahmu ini nak, ayah tak sangup melihatnya. Maafkan ayah tidak bisa membahagiakanmu” ujar ayahnya sambil mengelus kepala Fara.

***

“Bagaimana kamu bisa memutuskan melakukan hal ini?”

“Pernah, waktu itu pas mau kenaikan kelas 11, bapak kandungku kan masih dalam masa pemulihan di rumah, sedangkan mbakku udah nikah ikut suaminya, jadinya engga ada yang ngerawat bapak. Di sisi lain ibukku sama bapak sambungku lagi ga pegang uang sama sekali, Nah pas mau kenaikan kelas adekku sedang butuh buku. Aku udah mutusin buat tidak melanjutkan sekolah dan mau kerja buat bantu ibu buat biaya sekolah adek. Bapak yang sakit ini juga membutuhkan aku. Tidak ada yang merawat dan menjaga bapak selain aku. Disitu aku bingung sama semuanya, sudah ingin banget menyerah dan alhamdulillah aku bisa ngelewatin masa masa sulit itu.” Tuturnya dengan mata berkaca-kaca

Selama kelas 11 dia memutuskan untuk berjualan makanan. Inilah salah satu yang bisa dilakukan untuk membantu ekonomi keluarganya. Dia tahu ini tidak dapat menutup kebutuhan, tetapi setidaknya dia telah berusaha. Waktu begitu cepat berlalu, tidak terasa dia sudah kelas 12 saja. Dan kini semua siswa tengah asik menikmati waktu berlibur mereka. Bagaimana dengan Fara?

Fara sangat bersyukur mendapat pekerjaan sampingan, sebelum libur tiba dia selalu khawatir bagaimana dia bisa mendapatkan uang. Karena sumber penghasilan utama ada saat dirinya di sekolah. Beberapa hari setelah libur, sepupunya memberitahu bahwa ada lowongan kerja di rumah makan dekat desanya. Tanpa pikir panjang, dia pergi kerumah makan itu. Namun sebelum pergi sepupunya memberikan wejangan, bahwa ibu pemilik warung sangat galak sekali. Dia tidak memberikan toleransi apabila ada kesalahan.

Sesampainya disana, dia benar-benar menjaga lisannya. Dia harus terlihat baik agar bisa bekerja disini. Dia sangat bingung dan kaget, dimana letak galaknya pemilik warung ini. Saat Fara menemuinya, dia begitu ramah dengan para pembeli. Sudah seminggu dia bekerja dengan ibu ini. Dia begitu nyaman dan tidak merasa repot bekerja disini. Bahkan setiap pulang, ibu pemilik warung selalu membawakan lauk sisa jualannya. Jadi dia tidak perlu memasak untuk ayahnya dan menghemat uang belanja. Meskipun ibu pemilik warung non muslim, tapi dia tidak pernah membedakan karyawannya. Dia selalu mengingatkan jika waktu salat tiba dan menyuruhnya untuk meninggalkan pekerjaan.

Hidup adalah syair yang tak terputus, mengalun dengan nada keberanian dan kekuatan, membangun karakternya dengan penuh kebijaksanaan. Dalam setiap rintangan yang mungkin menantang langkahnya, dia menemukan pelajaran berharga dan kepercayaan yang bersinar dari dalam dirinya. Dia menyadari betapa perjalanan ini bukan hanya sekedar mudah atau sulit, tapi tentang bagaimana dia tumbuh dan merangkul keindahan dalam setiap momen yang melintas.

Ubahlah hidupmu hari ini, jangan bertaruh di masa depan nanti, bertindaklah sekarang tanpa ditunda tunda lagi.” ~ Simone De Beauvoir




Sabtu, 29 Maret 2025

Senandung di Balik Jendela

 

Senandung di Balik Jendela

(Erika Anggun Ramadani)

BAB I : Bayangan Senja dan Hening yang Membeku

            Senja melintasi jendela, menyemburat oranye sendu mewarnai dinding kamar Ema. Di balik jendela, rintik hujan mulai menari-nari, menciptakan melodi sendu yang seolah mengerti perasaannya. Ema, dengan sweater rajut kebesaran yang menghangatkan tubuhnya, hanya bisa memandang kosong di balik jendela.

            Kesunyian ini, sudah menjadi teman setianya sejak beberapa bulan terakhir. Sudah enam bulan berlalu sejak hari itu, hari ketika Ibunya pergi untuk selamanya. Kini usia Ema 18 tahun, semenjak kepergian ibu dan ayahnya, rumah ini terasa begitu hampa. Dulu, setiap sudut ruangan dipenuhi canda dan tawa, aroma masakan ibu, cerita sebelum tidur, dan bincang dengan segala hal dengan Ayah. Sekarang, hanya ada hening dan luka yang menyesakkan dada.

            Rasa sedih kehilangan keduanya menyisakkan duka dan air mata yang begitu mendalam. Rasa itu membuatnya meruntu kesepian akan hadirnya mereka dalam hidupnya. Ia dulu ditemani seorang Kakak yang telah berkeluarga saat ini. Ia merasa sendiri, mencoba mengikhlaskan kesedihan berkepanjangan itu.

            Secangkir jahe hangat menghangatkan diri dari dingin. Aroma jahe yang selalu disiapkan Ibunya, kini terasa hambar. Ia mencoba mengingat wajah Ibunya, senyumnya, suaranya…namun semakin ia berusaha, semakin kabur bayangan itu.

“Ibu…” bisiknya lirih, suaranya tenggelam dalam gemercik hujan di luar. Ia merasa seolah terdampar di pulau sunyi, yang terisolasi dari dunia luar. Bahkan, sinar matahari pun terasa enggan menyapa kamarnya.

            Ema, menghela napas panjang, mencoba menenangkan gejolak sedih di dadanya. Ia tahu, Ibunya tidak ingin melihatnya seperti ini, yang terbalut rasa kesedihan. Namun, kehilangan itu terasa begitu berat, begitu menganga, begitu hampa, hingga ia merasa sesak tak mampu untuk bangkit lagi.

            Ayahnya juga telah lama meninggalkannya sejak berumur 15 tahun. Dongeng yang selalu dibacakkan saat menjelang tidur, selalu membuatnya teringat di kepalanya.  Ema sedih akan kehilangan seorang yang dicintai. Bahkan saat ingin tidur, ia selalu terbayang-bayang dari banyak hal bersama keduanya. Ia mencoba tidur dan memegang foto keluarga mereka, sambil meringguk menahan tetes air matanya.

BAB II: Mencari Pelipur Lara dalam Kenangan

Ema bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju rak buku. Rak-rak buku adalah saksi bisu dari perjalanan hidupnya, menyimpan berbagai macam cerita. Jarinya menyusuri setiap deretan buku-buku yang sudah lama tidak ia sentuh. Matanya berhenti pada sebuah buku bersampul biru lusuh, buku kumpulan puisi karya Kahlil Gibran, hadiah dari kedua orangtuanya saat ulang tahunnya yang ke-12.

Dibukanya halaman pertama, dan matanya tertumbuk pada sebuah puisi yang dilingkari dengan tinta biru oleh Ibunya :

“Hatimu dan aku, adalah dua dawai biola

Terpisah jauh, namun bergetar oleh nada yang sama

Dalam sunyi, kita mencari harmoni

Dalam cinta, kita menemukan melodi sejati”

            Air mata menetes jatuh ke buku itu. Ia teringat jelas momen saat Ibunya memberikan buku itu. Mereka duduk berdua di taman samping rumah, di bawah pohon rindang yang selalu menjadi tempat favorit mereka. Ibunya tersenyum lembut dan berkata,

“Ema, dalam kesunyian sekalipun, kamu tidak pernah benar-benar sendiri. Cinta Ibu dan Ayah akan selalu menjadi pelita yang menerangi jalanmu, membimbingmu melewati kegelapan.”

            Kata-kata itu terasa begitu menenangkan, begitu menghangatkan. Ema memeluk buku itu erat-erat, seolah memeluk Ibunys sendiri. Ia menyadari, meskipun Ibunya telah pergi secara fisik, cinta dan kenangan tentangnya akan selalu hidup di dalam hatinya. Kesunyian ini mungkin tidak akan pernah hilang sepenuhnya, namun ia tidak harus menghadapinya sendirian. Ia memiliki kenangan indah, cinta yang abadi, dan harapan akan masa depan lebih baik.

BAB III : Melodi Kesedihan dan Harapan di Tuts Piano

            Ema meletakkan buku itu di atas meja dengan hati-hati, seolah meletakkan sebuah pusaka berharga. Ia berjalan menuju sudut ruangan, tempat piano tua berwarna cokelat tua berdiri dengan anggun. Piano itu warisan dari kakeknya, seorang pianis terkenal yang selalu menginspirasi Ibunya. Ibunya selalu memintanya untuk bermain piano setiap kali ia merasa sedih, karena ia percaya bahwa musik memiliki kekuatan untuk menyembuhkan luka batin.

Ema duduk di depan piano. Kursinya berderit pelan, memecah keheningan yang mencekam. Jarinya menyentuh tuts-tuts putih dan hitam itu dengan lembut, seolah menyapa teman lama yang telah lama ditinggalkan. Ia merasakan dinginnya gading di bawah ujung jarinya, mengingatkannya pada sentuhan lembut tangan Ibunya.

            Ema menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian. Ia memejamkan mata dan membayangkan wajah Ibunya, senyumnya yang menyemangati. Ia membuka matanya kembali dan mulai memainkan sebuah melodi sederhana. Melodi itu adalah komposisi buatannya sendiri, yang ia beri judul "Kesunyian yang Bersemi".

Nada-nada itu mengalir dari ujung jarinya, menciptakan suara yang syahdu dan mengharukan. Melodi itu adalah ungkapan kesedihan, kerinduan, dan harapan yang bercampur menjadi satu. Ema memejamkan mata, membiarkan musik itu membawanya ke masa lalu, ke saat-saat bahagia bersama Ibunya. Ia teringat saat mereka berdua bernyanyi bersama di depan piano, suara mereka saling bersahutan menciptakan harmoni yang indah. Ia teringat saat Ibunya mengajarinya bermain piano dengan sabar, selalu memberikan pujian setiap kali ia berhasil memainkan sebuah lagu dengan benar.

Air mata terus mengalir di pipi Ema, namun kali ini air mata itu terasa berbeda. Bukan lagi air mata kesedihan yang mendalam, melainkan air mata kerinduan dan syukur. Ia bersyukur atas semua cinta dan kenangan indah yang telah diberikan Ibunya. Ia bersyukur karena telah memiliki seorang ibu yang begitu penyayang, begitu sabar, dan begitu menginspirasi.

BAB IV : Senandung Harapan di Tengah Malam

            Dibalik jendela, hujan mulai mereda. Gemericiknya semakin lirih, seolah mengucapkan selamat tinggal pada hari yang telah berlalu. Langit mulai memperlihatkan sedikit warna ungu dan merah muda, pertanda matahari akan segera terbit. Ema terus bermain piano, menciptakan senandung di tengah kesunyian. Senandung tentang cinta, kenangan, dan harapan akan hari esok yang lebih baik.

Ia menyadari, kesunyian ini mungkin tidak akan pernah hilang sepenuhnya, namun ia bisa belajar untuk berdamai dengannya. Ia bisa mengisi kesunyian itu dengan kenangan indah, dengan cinta yang abadi, dan dengan harapan akan masa depan yang lebih cerah. Ia bisa menggunakan musik sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaannya, untuk berbagi kesedihannya, dan untuk menginspirasi orang lain.

Ema membuka matanya dan tersenyum tipis. Ia merasa sedikit lebih ringan, sedikit lebih kuat. Ia tahu, Ibunya akan selalu ada bersamanya, di dalam hatinya, menemaninya dalam setiap langkah. Ia tahu, ia tidak sendirian. Ia memiliki cinta, kenangan, dan harapan yang akan selalu menuntunnya di tengah kegelapan.

Malam itu, Ema tertidur lelap, diiringi sisa-sisa gemericik hujan dan bayangan senyum Ibunya. Kesunyian tak lagi terasa menakutkan, sebab di dalam hatinya, melodi cinta tak pernah berhenti bergetar. Senandung di balik jendela Ema, kini bukan lagi senandung kesedihan, melainkan senandung harapan. Senandung yang akan terus bergema, menginspirasi, dan menyembuhkan luka-luka di hatinya. Senandung yang akan membawa Ema menuju masa depan yang lebih cerah. Ia berjanji pada dirinya sendiri, ia akan terus bermain piano, ia akan terus menjaga kenangan tentang Ibunya, dan ia akan terus berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik.


Rabu, 25 Desember 2024

AEC (Agriculturet Event Center) 2024

       



          Kegiatan AEC (Agriculture Event Center) Penalaran FP merupakan sebuah Kegiatan yang diselenggarakan oleh UKM-FP Penalaran yang bekerja sama dengan Fakultas Pertanian dengan tema "Visioning Faperta: A Journey to be Excellent" . Kegiatan ini berisi rentetan mulai dari Grand opening (seminar), Mentoring P2MW (Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha), LIDM (Lomba Inovasi Digital Mahasiswa), PPK ORMAWA (Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan) dan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang terdiri dari PKM-K, PKM AI, PKM-PM, PKM-KC, PKM-GFT serta PKM-RE.Setelah kegiatan mentoring selesai dilaksanakan, selanjutnya dilanjut pada Liga AEC 2024 yaitu presentasi finalis yang lolos pada babak selanjutnya, tidak berhenti pada liga, acara ini dilanjut dengan monitoring yaitu perbaikan proposal sebelum dikirim pada tingkat belmawa yang didampingi oleh dosen pembimbing masing-masing.

Minggu, 10 November 2024

Orientasi Anggota Baru Penalaran (OABP) 2024

Generasi muda merupakan seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi, semangat dan pengetahuan yang luas dengan tujuannya untuk mengembangkan serta memajukan negara. Generasi penerus mempunyai peranan penting dalam membangun peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di era Era Society 5.0. Generasi muda menjadi salah satu harapan bagi negara indonesia dalam mewujudkan negara yang lebih maju. Agent of change merupakan salah satu tri fungsi mahasiswa yang harus di terapkan guna menciptakan perubahan bagi masyarakat dan Negara.

Organisasi merupakan sekumpulan orang yang terbentuk dalam suatu wadah untuk mencapai tujuan yang sama dan telah ditetapkan bersama. Dalam mencapai tujuan yang dimiliki, pengurus maupun anggota di dalamnya harus berperan aktif demi melakukan agent of change organisasi ke arah yang lebih baik, inovatif dan bisa mengenalkan nama organisasi keluar lingkup universitas. Organisasi dalam lingkup kemahasiswaan merupakan salah satu wadah bagi mahasiswa dalam mengembangkan minat bakatnya di bidang tertentu sesuai dengan passion yang dimiliki.

Adanya suatu organisasi diharapkan dapat melahirkan mahasiswa yang memiliki integritas, kreatifitas dan solidaritas diri yang tinggi serta terbentuknya mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi. Maka dari itu UKM-FP Penalaran merupakan sebuah organisasi yang berdiri di universitas Trunjoyo Madura. UKM ini bertujuan untuk mewadahi mahasiswa khusunya pada fakultas pertanian dalam mengasah kemampuannya di bidang karya tulis ilmiah.

Dalam rangka diadakannya kegiatan Orientasi Anggota Baru UKM-FP Penalaran, yang mengusung tema “Building Regeneration of UKM Fp Penalaran a spirit of integrity, creativity, and solidarity” diharapkan dapat menumbuhkan sikap integritas, kreativitas dan solidaritas pada anggota baru penalaran untuk menciptakan hubungan yang harmonis serta dapat meningkatkan literasi di era society 5.0.

Kegiatan OABP 2024 berlangsung dalam 1 hari. Kegiatan yang diselenggarakan dalam OABP meliputi editing class dan english class yang dilaksanakan pada tanggal 28 September 2024 yang dihadiri 52 peserta. Adapun pematerinya merupakan orang-orang yang sudah berpengalaman dan kompeten di bidang editing class dan english class. Materi yang diberikan di sesi editing class yaitu english class berisi tentang pengenalan pola soal yang diujikan dalam tes toelf, yang disertai contoh soalnya. Materi english class berisi tentang editing class yang menjelaskan tentang pengertian, fungsi, tujuan dan komponen design grafis. Semua panitia bekerja sesuai dengan job desk masing-masing.



 

Rabu, 04 September 2024

TASBIH BERPUTAR

 


TASBIH BERPUTAR

Dikala malam gelap melanda

Ada mata yang terjaga

Antara jiwa dan raga

Yang kulihat hamparan sajadah

 

Kuperjelas pandanganku

Kufokuskan pendengaranku

Kurenungi curhatan itu

Ternyata dia sang ibu

 

Pancaran bulan yang menerpa

Diciptakan oleh dia yang bercahaya

Putaran tasbih yang tak bersuara

Membuat mataku berkaca-kaca

 

Ibu….

Tiada jalanku tanpa ridhomu

Tiada harapanku tanpa doamu

Aku percaya ibu….

Setetes air mata yang keluar dari matamu

Isakan tangis yang kau tahan dengan mulutmu

Pasti, tiada doamu yang ditolak oleh Tuhanku


Sabtu, 31 Agustus 2024

Sharing Ilmiah UKM FP Penalaran dengan kelompok riset “Biomaterial and Enzyme Technology Research Group (BeTRG)” Institut Teknologi Sepuluh November


 

              UKM FP Penalaran melakukan sharing ilmiah dengan mahasiswa Institut teknologi sepuluh November pada haru jumat 23 Agustus 2024 yang di ikuti kuranglebih 15 mahasiswa ITS, peserta ini berasal dari kelompok riset “Biomaterial and Enzyme Technology Research Group (BeTRG)” Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Departemen Biologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melakukan kunjungan ke Universitas Trunojoyo Madura untuk Diskusi Sharing Ilmiah dengan judul “Enzimologi dan Aplikasinya”. Terdapat beberapa materi yang disampaikan antaralain Enzim Sebagai Media Penyembuh Luka, Fu, ngsi Katalitik Hidrolase dalam produksi bioenergy, Teknologi Enzimatik Dalam Aplikasi Industri Minuman, Peningkatan Karakter Rasa dan Aroma Cengkeh dan Kopi Berbasis Enzimatik, dan Biosintesis Material Tekstil Berbasis Mikroba. Sharing ilmiah ini berjalan cukup lancar karena di akhir acara aka nada penyampaian materi juga dari mahasiswa fakultas pertanian dan juga tour di daerah socah yakni tentang pengolahan kerupuk terupang dan berkunjung ke tempat Mercusuar Sembilangan.