Pupuk Organik Cair Sabut Kelapa sebagai Upaya Mengurangi Limbah dari Sektor Pertanian

     Indonesia dikenal sebagai negara agraris, dimana sektor pertanian menjadi salah satu aspek yang memegang bagian utama dalam kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan sektor lainnya, pada sektor pertanian juga menghasilkan limbah. Limbah pertanian merupakan bagian-bagian yang tertinggal dari proses produksi pertanian. Limbah pertanian dapat berupa limbah tanaman perkebunan, jerami, dan kotoran ternak (Nurhayati et al. 2011). Berdasarkan data Asia Pasific Coconut Community, kebun kelapa di Indonesia pada tahun 2010 merupakan yang terluas di dunia yaitu 3.859.000 ha dengan produksi sebanyak 15,4 miliar butir. Kelapa memiliki nilai ekonomi karena menghasilkan kopra untuk diambil minyaknya, namun kopra hanya 28% dari buah kelapa. Hasil lainnya berupa limbah 25% air, 12% tempurung, dan 35% sabut (Dharma et al. 2018). Dengan demikian, limbah sabut kelapa dihasilkan dalam jumlah yang paling banyak.

     Sabut kelapa merupakan satu dari komponen buah kelapa yang apabila diolah dan diurai dapat menjadi produk pasar domestik bahkan memiliki nilai ekspor yang tinggi (Indahyani 2011). Olahan dari sabut kelapa tentunya juga dapat mengurangi adanya limbah hasil proses produksi buah kelapa. Salah satu olahan sabut kelapa yang sudah banyak dilakukan penelitian adalah dijadikan pupuk organik. Sabut kelapa mengandung unsur hara yang ideal digunakan dalam pupuk organik dan dapat menjadi alternatif sumber kalium organik untuk menggantikan pupuk KCI sintesis. Unsur hara tersebut berupa N 0,44%; P 119 mg/kg; K 67,20 me/100g; Ca 7,73 me/100g; Mg 11,03 me/100g (Dharma et al. 2018). Berikut cara pembuatan pupuk organik cair dari sabut kelapa :

  • Potong kecil-kecil sabut kelapa, kemudian masukkan dalam wadah, bisa menggunakan jerigen. 
  • Larutkan gula merah dengan 10 liter air dan tambahkan EM4. 
  • Tuangkan larutan yang telah homogen dalam wadah yang berisi potongan sabut kelapa, kemudian ditutup rapat. 
  • Simpan wadah yang berisi larutan tersebut selama kurang lebih dua minggu pada tempat yang tidak terpapar matahari secara langsung. 
  • Setiap pagi, tutup wadah dapat dibuka selama beberapa detik untuk membuang gas yang timbul. 
  • Pupuk organik cair berhasil difermentasi dan siap untuk digunakan pada tanaman jika sudah tercium bau seperti tape dan air rendaman berwarna coklat agak kehitaman atau kuning gelap.




Referensi :

Dharma, P. A. W., Suwastika, A. A. N. G. dan Sutari, N. W. S. 2018. Kajian Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa Menjadi Larutan Mikroorganisme Lokal. Jurnal Agroteknologi Tropika. 7 (2): 200-210.

Indahyani, T. 2011. Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa pada Perencanaan Interior dan Furniture yang Berdampak pada Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Jurnal Humaniora. 2 (1): 15-23.

Nurhayati, Jamil, A. dan Anggraini, R. S. 2011. Potensi Limbah Pertanian sebagai Pupuk Organik Lokal di Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah. Jurnal Iptek Tanaman Pangan. 6 (2): 193-202.

0 Komentar