Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Pertanian

Jumat, 22 April 2022

Ketupat Ciri Khas Bulan Ramadhan

 

Sumber : kompas.com

Ketupat merupakan makanan khas Asia Tenggara. Ketupat berbahan dasar beras yang di bungkus dengan anyaman yang terbuat dari daun kelapa muda (janur). Pembungkus ketupat tak hanya dari daun kepala muda namun biasanya juga dibungkus menggunakan anyaman daun palma yang lain.

Ketupat memiliki arti yang mendalam. Filosofi ketupat rupanya memiliki keterkaitan dengan penyebaran islam di Indonesia. Sehingga ketupat paling sering ditemui ketika perayaan bulan Ramadhan apabila umat islam merayakan berakhirnya bulan puasa. Setiap merayakan Hari Raya Idul Fitri, pasti ketupat selalu ada di setiap hidangan di rumah-rumah, ini memang terlihat sederhana. tetapi menjadi hal yang paling dicari saat lebaran.

Ketupat memiliki perbedaan nama dan bentuk di setiap daerahnya. Ada 2 bentuk utama dalam ketupat, yatu kapal bersudut 7 dan jajaran genjang bersudut 6. Seperti contoh, pada ketupat jawa dan ketupat betawi memiliki bentuk yang berbeda yang menjadikan ciri khas disetiap daerahnya.

Ketupat bisa disajikan dengan berbagai masakkan. Di Jawa dan Betawi memiliki persamaan pada makanan pendamping ketupat. Masakan yang sering diantaranya adalah opor ayam, gulai, rendang, dan lain sebagainya.

Cara pembuatan ketupat:

1.     Daun kelapa muda (janur) di anyam sehingga berbentuk belah ketupat

2.     Beras di cuci setelah itu beras di masukkan ke dalam anyaman ketupat

3.     Ketupat di rebus di air mendidih selama 3-4 jam

4.     Ketupat siap di sajikan

Namun pada pembuatan ketupat tidak semua orang bisa. Ada beberapa orang yang menganggap membuat ketupat itu sangat sulit. Dikarenakan dalam proses pembuatannya butuh keterampilan dan kesambaran yang tinggi.

Daftar Pustaka:

HSS, K. K. KATUPAT KANDANGAN KULINER TRADISIONAL KAB HULU SUNGAI SELATAN MAIMUNAH.

HOTIMA, H. ETNOMATEMATIKA PEMBUATAN KETUPAT DI DESA ALASMALANG, KECAMATAN SINGOJURUH, BANYUWANGI. ETNOMATEMATIKA PEMBUATAN KETUPAT DI DESA ALASMALANG, KECAMATAN SINGOJURUH, BANYUWANGI.


Jumat, 08 April 2022

Warisan Budaya Asli Madura: Kontes Sapi Sonok

 



Sumber: ranaphoto.blogspot.com

Kontes sapi sonok merupakan sebuah kesenian asli Madura yang perlu dilestarikan karena dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, baik untuk pariwisata maupun perekonomian  masyarakat khususnya bagi para pembudidaya sapi sonok. Tujuan diadakannya kontes ini adalah untuk melestarikan sapi asli Madura serta untuk memperoleh bibit unggulnya. Pencetus kesenian sapi sonok adalah H. Achmad Hairudin di tahun 1940, jadi kontes ini sudah diselenggarakan kurang lebih sekitar 82 tahun di Madura. Pada tahun 1982 warisan budaya kontes sapi sonok telah resmi diadakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pamekasan sebagai pembuka dalam acara Karapan sapi Madura yang terus diadakan setiap tahunnya. Kesenian ini memiliki nilai filosofis yang telah melekat sejak dulu, diantaranya adalah nilai keindahan, nilai kasih sayang,  kerja keras, nilai kerjasama dan persaudaraan. Dari hal tersebutlah kontes sapi sonok biasa dikenal sebagai ajang untuk silaturahmi antara pembudidaya dan penggemar sapi sonok di Madura.

 

Sapi sonok itu sendiri adalah sepasang sapi betina asli Madura yang unggul dan memiliki kualitas bagus. Kedua sapi tersebut di pasangan "pengonong" sebagai penghubung antara kedua sapi yang terbuat dari kayu dan diletakkan diatas kepala mereka serta dihias oleh bermacam-macam aksesoris agar terlihat cantik dan menawan. Dalam kontes sapi sonok ini ada beberapa hal yang dinilai seperti postur tubuh sapi secara keseluruhan, keindahan bulu, kulit dan keindahan pakaiannya. Tidak hanya itu, kecantikan dari kedua sapi tersebut juga menjadi salah satu faktor penilaian. Kelincahan dan keindahan sapi sonok dalam berjalan mengikuti iringan gamelan serta kemahiran sapi untuk berhenti di garis finish menggunakan kaki depan juga turut dinilai. Selama ini pelestarian kesenian sapi sonok telah didukung oleh pemerintah salah satunya adalah pemerintah kabupaten Pamekasan yang menjadikan kecamatan Waru sebagai sentra pembudidayaan sapi sonok.

 

Daftar Pustaka:

Heryadi, A. Y., & Fitrianti, R. N. (2022). DI KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN Abstrak. 7–15.

Ikbar, A. N., Hardika, & Desyanty, E. S. (2021). Pewarisan Budaya Sapi Sonok Sebagai Aktivitas Belajar Informal Bagi Masyarakat Madura. Jurnal Pendidikan Nonformal, 16(2), 86–93.

Nurlaila, S., & KUTSIYAH, F. (2012). Potret Selintas Sapi Sonok di Eks Kawedanan Waru Kabupaten Pamekasan. Hayati, 9(5), 216–382.