Sumber gambar : parenting.dream.co.id
Perkembangan teknologi saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat. Teknologi-teknologi yang berkembang saat ini tidak terlepas dari teknologi digital yang dapat dijalankan hanya menggunakan sebuah alat komunikasi serbaguna dan dapat dibawa kemana saja. Alat itu dinamakan gadget. Gadget merupakan suatu benda elektronik yang digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi. Gadget dapat berupa handphone, smartphone, komputer, dan lain sebagainya. Hampir semua orang memiliki gadget yang merupakan salah satu kebutuhan dan sekarang gadget adalah kebutuhan sekunder yang wajib dimiliki seseorang.
Belakangan ini penggunaan gadget untuk kegiatan perkuliahan, sekolah, kerja, dan lain-lain meningkat pesat. Hal tersebut disebabkan karena adanya pembatasan berkumpulnya orang-orang dalam satu tempat dikarenakan adanya pandemi Covid-19. Sehingga untuk mengganti pertemuan secara langsung, maka gadget dan software-software inilah yang dipilih. Gadget tersebut penggunaannya sangatlah mudah, terutama dalam bidang pengajaran yang dapat mempertemukan banyak orang yang sekarang ini sering digunakan oleh para pelajar. Mereka tentunya sangat senang karena kegiatan sekolah dapat dilakukan di rumah dan hanya bermodalkan gadget. Para pelajar kebanyakan dapat mengoperasikan gadget dengan baik. Mereka dapat menjelajahi dunia seluas mungkin dan tugas sekolah dapat diselesaikan dengan cepat. Beberapa aplikasi juga memberikan pengajaran secara online yang sama halnya dengan les privat, seperti ruang guru dan lain-lain. Beberapa anak juga memanfaatkan gadget untuk mengisi waktu luang mereka, seperti membuka sosial media, main game, dan searching. Hal inilah yang akan dilakukan oleh beberapa anak, karena mungkin dilarang bermain di luar oleh orang tuanya ataupun alasan yang lain.
Namun tidak dapat dimungkiri, gadget ini ternyata memiliki dampak negatif untuk para pelajar. Dampak negatifnya antara lain apabila anak lebih sering memainkan gadget maka anak akan menjadi sosok yang individualis dan jarang berinteraksi dengan yang lainnya. Menurut Sinta (2018) gadget dampak negatif dari gadget antara lain :
1. Bahaya terkena sinar radiasi
Penggunaan gadget yang terlalu lama akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan indera pengelihatan akibat dari pancaran radiasi. Apabila kita ingin mengetahui berapa besarnya radiasi yang dipancarkan oleh smartphone atau handphone kita, maka dapat menggunakan unit pengukuran yang dikenal sebagai Specific Absorption Rate atau SAR. Menurut pedoman dari Komisi Internasional tentang Perlindungan Radiasi Non-ionisasi (ICNIRP) batas aman SAR suatu perangkat seluler maksimal sebesar 2 W/kg. Untuk mengetahui besarnya SAR di suatu perangkat, untuk mengetahuinya dapat melihat di buku paduan perangkat seluler atau dapat searching di internet.
Seperti kasus yang pernah dialami oleh Taufik Budiman sebagai penulis. Penulis telah beberapa kali membeli perangkat seluler yang besar SAR-nya berbeda-beda. Mulai dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Dampak yang dirasakan saat memakai perangkat seluler yang radiasinya cukup tinggi yakni penulis mengalami gangguan pendengaran, pengelihatan, dan yang parahnya lagi penulis mudah kehilangan konsentrasi. Namun, apabila dibandingkan dengan memakai perangkat seluler yang radiasinya rendah, gangguan-gangguan yang dialami tidak separah perangkat seluler yang radiasinya tinggi.
2. Menjadi sebuah kebiasaan
Memang saat kondisi seperti ini, yang dinamakan gadget tidak dapat dan tidak mungkin terpisah oleh kehidupan. Banyak orang diluar sana tidak terkecuali penulis sendiri yang seakan-akan menganggap gadget khususnya smartphone merupakan barang yang wajib dibawa saat keluar dan wajib ada setiap saat. Tidak hanya wajib dibawa, melainkan juga barang yang wajib digunakan disaat santai atau bahkan sibuk.
3. Terlambat dalam memahami materi pembelajaran
Saat kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa tidak fokus tentang materi yang disampaikan oleh pengajar dikarenakan sering mencari materi dalam gadget. Pelajar juga terkadang sering bingung bahkan tidak paham sama sekali tentang apa yang disampaikan oleh pengajar. Kemungkinan hal tersebut dapat terjadi karena siswa bosan dan jenuh mendengarkan materi yang disampaikan.
Pendapat lain dari Novitasari (2016) menyebutkan bahwa dampak negatif gadget antara lain :
1. Malas melakukan kegiatan
Gadget pastinya memiliki berbagai fitur-fitur dan aplikasi yang beraneka macam yang dapat diakses oleh penggunanya. Hal tersebut yang membuat anak lebih suka dan asik memainkan gadget daripada kegiatan berolahraga, sehinga anak lebih gampang terserang penyakit. Gadget ini dapat memfasilitasi anak dalam melakukan kegiatan berolahraga seperti halnya permainan sepakbola yang dapat dimainkan hanya bermodalkan gadget. Anak-anak pasti lebih memilih olahraga lewat gadget daripada olahraga langsung, karena sangat mudah dilakukan dan tidak membutuhkan tenaga yang banyak.
2. Lupa bermain dengan teman
Pemakaian gadget yang terus menerus dapat menjadikan anak lupa akan kebiasaannya bermain bersama teman didunia nyata. Anak akan lebih sering berkomunikasi lewat gadget seperti saat bermain games atau lewat sosial media. Hal tersebut nantinya akan merenggut masa anak yang seharusnya masa itu digunakan untuk bermain bersama teman.
Pendapat lain dari Hidayati (2016) yang menyatakan bahwa dampak negatif gadget sebagai berikut :
1. Menjadi kecanduan gadget
Bermain gadget terlalu lama dapat mengakibatkan anak kecanduan. Hal tersebut nantinya akan membuat rasa kepedulian anak berkurang, terutama saat diajak berbicara oleh orang lain. Apabila bermain, anak menatap penuh konsentrasi, sampai-sampai tidak mempedulikan disekitarnya. Misalnya saat ibu memanggil, anak tetap fokus ke gadget dan sering menunda-nunda tugas yang diberikan ibu. Seperti bermain games yang asik dan tidak bisa ditunda kalau game tersebut belum selesai.
2. Lebih mementingkan gadget daripada perintah orang tua
Apabila orang tua memerintah anak, sedangkan anak asik bermain gadget maka kemungkinan besar anak tidak mempedulikan dan tetap melanjutkan bermain gadget. Perbuatan yang demikian amat tidak terpuji dan tidak patut untuk ditiru. Apabila hal ini terjadi terus menerus, maka akan membuat orang tua jengkel dan kesal kepada anak, pada akhirnya anak akan dimarahi.
Pendapat lain dipaparkan oleh Hastuti et al., (2012), dampak negatif gadget untuk perkembangan anak sebagai berikut :
1. Sulit konsentrasi pada dunia nyata
Gadget ini sebuah barang yang dapat menjadi candu, sehingga muncul rasa candu atau adiksi yang membuat anak menjadi cepat bosan, gelisah, dan marah jika dipisahkan dengan gadget. Anak akan menjadi asik dan lebih senang menyendiri jika menggunakan gadget. Sehingga yang demikian akan mengakibatkan anak mengalami kesulitan berinteraksi dengan dunia nyata dan bermain dengan sesama.
2. Terganggunya fungsi PFC
Kecanduan akan gadget akan mempengaruhi perkembangan otak anak. Anak yang sering memakai gadget atau kecanduan gadget untuk bermain games, misalnya maka akan terganggu fungsi Pre Frontal Cortex atau PFC anak karena memproduksi hormon dopamine berlebihan.
3. Introvert
Kecanduan gadget pada anak akan membuat mereka beranggapan bahwa gadget ialah segala-galanya bagi mereka. Jika mereka tidak di satukan dengan gadget, maka yang terjadi akan timbulnya kegelisahan dan galau. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar waktu mereka digunakan untuk bermain gadget tanpa membuka komunikasi dengan orang tua atau sesama sehingga anak cenderung introvert.
Dari kasus-kasus tersebut maka Ramil (2016) melakukan penelitian mengenai dampak negatif gadget terhadap hubungan sosial anak Sekolah Dasar yang menunjukkan bahwa gadget dapat membuat anak tidak saling berbicara dengan yang lain pada saat berkumpul bersama, sehingga dapat merubah dan menghilangkan kebiasaan yang telah ada. Hal ini saya khawatirkan, apabila hampir seluruh anak Indonesia telah merubah kebiasaan berbincang bersama saat berkumpul. Pada akhirnya rasa kekeluargaan dan keharmonisan antar sesama menjadi mengecil maka dapat menimbulkan perpecahan.
Untuk membuktikan seberapa berpengaruhnya gadget ini terhadap perilaku anak sekolah, maka dilakukannya penelitian oleh Syifa et al., (2019) yang melakukan percobaan kepada murid Sekolah Dasar kelas 5 yang menggunakan gadget lebih dari 2 jam sehari. Pada akhirnya murid akan mengalami perubahan sikap dan perkembangan moral. Pada akhirnya membuktikan bahwa sikap murid berubah menjadi mudah marah dan suka membantah orang tua. Sedangkan untuk perkembangan moral, murid akan menjadi “aras-arasen” atau malas melakukan kegiatan sehari-hari dan waktu emas mereka yang seharusnya digunakan untuk belajar, menjadi berkurang karena kebanyakan menonton youtube. Suntoro (2013) menjelaskan bahwa apabila anak memakai gadget dengan waktu yang tidak dikontrol, anak dapat menjadi antisosial, lupa bahkan jarang berkomunikasi dengan yang lain, sehingga anak menjadi kurang pergaulan, kurang komunikasi, dan pada akhirnya dapat menghilangnya interaksi dengan sekitar.
Selain itu, gadget juga menghasilkan gelombang RF. Gelombang RF merupakan gelombang yang mematikan dan amat berbahaya. Gelombang ini apabila terlalu tinggi radiasinya, dapat merusak jaringan tubuh. Radiasi gelombang RF mempunyai kemampuan yang sama halnya dengan oven microwave. Namun bedanya kalau radiasi gelombang RF dapat memanaskan jaringan tubuh, sedangkan oven microwave dapat memanaskan makanan. Radiasi gelombang RF dapat merusak jaringan tubuh, dikarenakan jaringan tubuh manusia tidak memiliki pertahanan untuk mengantisipasi sejumlah panas yang berlebih. Suatu penelitian menunjukkan bahwa radiasi non-ionisasi (termasuk gelombang RF) dapat menimbulkan efek jangka panjang. Beberapa penyakit yang timbul akibat terlalu lamanya tubuh terkena radiasi gelombang RF antara lain kanker, tumor otak, alzheimer, parkinson, dan sakit kepala. Radiasi gelombang RF atau radiasi gadget memang sangat mematikan, terutama pada anak-anak yang telah mengenal gadget saat masih kecil. Dimana pada masa yang demikian, anak mengalami proses bangkitnya akal nalar dan kesadaran diri. Radiasi gadget ini apabila masuk ke kepala orang dewasa akan menyerap sebanyak 25%, anak usia 12 tahun sebanyak 50%, dan tertinggi pada usia 5 tahun sebanyak 75% (Jonathan et al., 2015).
Pada dasarnya suatu barang pasti memiliki sisi negatif dan positif, sama halnya dengan gadget yang tidak selamanya menjadi barang yang banyak negatifnya. Kita tahu bahwasannya penggunaan gadget ini seharusnya digunakan sebaik mungkin dan sesuai dengan fungsinya, kenapa kita membeli gadget. Gadget ini sekarang memang menjadi kebutuhan yang wajib ada sebagai alat komunikasi, mencari informasi, dan untuk mengerjakan tugas sekolah, ditambah lagi saat pandemi Covid-19 yang mengharuskan seluruh aktivitas sekolah dikerjakan menggunakan perangkat seluler ataupun gadget. Sehingga anak-anak lebih sering berinteraksi lewat gadget daripada berinteraksi secara langsung. Hal ini dapat mempengaruhi pola pikir anak terhadap sesuatu dan akan merasa asing dengan lingkungan sosial dikarenakan jarang berinteraksi.
Penggunaan gadget oleh anak-anak sebaiknya perlu diimbangi dengan komunikasi atau interaksi antar sekitar dan perlunya pengawasan orang tua serta pembatasan waktu pemakaian gadget. Selain itu, anak-anak juga memerlukan pengajaran akhlakul karimah oleh orang tua, karena saat pembelajaran daring anak-anak cenderung kurang diawasi oleh guru-guru mereka. Peran orang tua selama pembelajaran daring sangatlah penting, dimana orang tua itu sebagai pengganti guru pengajar. Orang tua juga harus memperhatikan kesehatan anaknya, apakah sudah terlihat kecapekan atau belum dan tentunya harus dikontrol setiap saat.
Demikian karya tulis yang telah penulis buat. Penulis sangat menyadari akan kekurangan dan ketidaksempurnaan karya ini, sehingga penulis memerlukan masukkan dan saran yang membangun. Semoga apa yang diberikan penulis dapat memberikan informasi kepada pembaca.
Terima kasih ....