Tak Pernah Terucap

 

Aku tak ingat sejak kapan aku mulai menyukainya, dia masuk tanpa permisi dalam hatiku dan menari-nari dalam pikirku. Tidakkah dia merasa lelah? Kita selalu bertemu di sekolah namun dia masih saja hadir dimimpiku?, memang sangat menjengkelkan sekali. Tak bisakah dia berhenti berulah sehingga aku tak harus memikirkannya? Namun aku rasa itu suatu hal yang mustahil karena setiap kali aku memejamkan mata, bukan gelap yang menghampiriku namun senyum manis dan gelak tawanya kepadaku.

Hemmm aku memang egois, aku  tau dia hanya menganggapku sahabat dan dia menyukai temanku Bela wanita berparas ayu dengan perangai yang sopan. Tidak sepertiku yang sudah jelek sering melakukan hal yang memalukan dan pelupa lagi. dia memang tak pernah menceritakan bahwa dia menyukai bela, namun tak perlu memecahkan teka-teki atau memecehkan sandi morse untuk mengetahui prasaannya, aku bisa melihat bagaimana ekspresinya ketika aku menyebutkan kata Bela saat kita berbincang dan setiap kali dia menceritakan betapa baiknya Bela. “dia sopan banget ya, kalo ngomong selalu dengan nada rendah dan tutur kata yang baik. Gak kayak kamu suka ngomong ceplas ceplos gak difilter terus klo ketawa keceng lagi wkwkwk” | “bodo, emangnya kenapa klo aku ngomongnya ceplas ceplos. Gini-gini juga aku orangnya gemesin”. | “yaaa cewek tuh harusnya lemah lembut dong, eh aku salah kamu kan bukan cewek ya”. Ujarnya sambil tertawa | “ mon maap ya besti, aku ini sebenernya cewek anggunly cuman yaaa gitu takutnya nanti klo aku jadi anggunly nanti malah banyak yang demen lagi “ | “iyain aja deh” ujarnya sambil tertawa.

Jujur, sakit rasanya mengetahui orang yang kita sayang malah menyukai orang lain. terkadang aku ingin mengungkapkan prasaanku padanya, namun aku terlalu takut untuk mengungkapkannya, takut jika nanti hubungan yang sudah baik dengan atas nama persahabatan akan menjadi canggung dan tak seperti biasanya.

Tamat.

“lah kok ceritanya gantung gini sih Rudi, ahh gak seru huhu”. Ujar Dela sambil merengut

“ suka-suka yang buat lah kok maksa sih kamu Del”.

“Hemmm menurutmu pemeran utama harus gimana Rudi?”

“ya mana aku tau, lagian juga kamu suka banget baca cerita-cerita romance kek gitu. Mending nonton kartun Nusa dan Rara noh, aku yakin habis ini kamu pasti ovt gak jelas”

“ ya maap Rud “. “ Rudi”. Ucap dela

“ hemmmm” sambil tatap tatapan dan suasana menjadi hening.

“ apa pemeran utama harusnya ngungkapin perasaannya ya “

“ kamu mau menyatakan perasaanmu ke verel ya del? “

“ kok kamu mikirnya gitu sih”

“ bukannya kamu suka verel dan sekarang kamu sama verel temenan ya“

“ kita lagi bahas cerpen ini loh Rud, kok kamu malah ngelantur kemana-mana sih “

“ ya siapa tau kan”.

“ terserah kamu Rud, klo kamu mikirnya gitu yaudah. Dan sekarang aku paham, pemeran utama tidak seharusnya mengungkapkan perasaannya. tidak smua perasaan harus diungkapkan dan juga aku yakin pemeran utama pasti bisa bertahan hingga akhir. Lagi pula jika memang sudah ditakdirkan Bersama, mau berpisah sejauh apapun akan tetap Bersatu begitupun sebaliknya”

“ udah udah, ayo kerjain lapraknya biar cepet selesai “. Ucap Rudi sambil menarik tangan Dela dan menaruhnya di keyboard

“ yups “ ucap dela dengan nada kesal.

Akhirnya mereka berdua menghentikan perdebatan dan melanjutkan mengerjakan laporan praktikum bersama hingga selesai.

TAMAT…

Beneran tamat klo sekarang.

Makasih 😊

Author : Tim Paus

0 Komentar